Minggu, 15 September 2013

Ada Catatan Dibalik Secarik Catatan Simbah



Oleh: Ais Rahmatika

Teruntuk kawan-kawan PPL KKN Terpadu SMA N 1 Purwokerto. Tetap semangat dan pancarkan aura positifmu dengan senyuman.

Selasa pagi yang menyenangkan. Seperti biasa aku dan rekan kerjaku yang selalu terlihat ceria setiap saat berangkat menuju sekolah. Aku pun tidak mengerti apa yang ada di pikirannya sehingga yang ada hanya gelak tawanya yang senantiasa memecahkan suasana menjadi ceria. Ia adalah Bu Atin. Hari itu nama kami tercantum berdekatan di jadwal piket, artinya kami bertugas piket bersama di BK. Sesampainya di base camp, kami segera bergegas menuju ruang BK.
Tidak lupa tanganku membawa laptop untuk menemaniku selama piket. Tidak hanya untuk menemani saja, namun ada setumpuk file yang harus kukerjakan. Dan targetku selesai pada hari itu. Sepanjang langkah kami menuju ruang BK, rumput dan beberapa tanaman di depan SMA seolah mengulumkan senyum manisnya. Senang dan damai hati ini.
Ketika kaki kami menginjak ruang BK, senyum kami mengembang. Tangan kami bergantian menyalami ibu-ibu yang berada di ruangan tersebut. Sapa dan senyum antara kami dan ibu-ibu yang bertugas di ruang BK meramaikan ruang yang berAC itu. Dan kami pun mengenalkan diri secara bergantian, karena ada pepatah yang berkumandang bahwa ‘tak kenal maka tak sayang’. Oleh karenanya, kami saling berkenalan dan akhirnya kami dipersilakan duduk di sofa berwarna hijau muda. Tempat duduk yang nyaman, namun tidak bagi Bu Atin. Menurutnya sofa itu tidak nyaman untuk diduduki, alhasil selama berjam-jam ia duduk di sofa tersebut, tubuhnya tak pernah sedikit pun terdiam. Selalu bergerak ke sana, kemari. Ketika bel istirahat berbunyi, Bu Atin dengan semangat mengajakku  istirahat di base campdan ia segera meluruskan badannya. Aku pun tak mengerti mengapa hal demikian terjadi dengannya.
Berhubung tugas yang harus kami lakukan selama piket tidak banyak, maka setelah istirahat kedua kami menuju base camp dan tidak kembali lagi ke ruang BK. Tugas hari itu hanya memfotokopi lembar peta siswa dan memberikannya kepada ketua kelas X MSc 4. Selesai piket hari itu bersama Bu Atin. Ketika kami menuju base camp, rasa lega hinggap di hati kami. Karena tugas hari itu seudah selesai, maka Bu Atin sudah bersiap untuk merebahkan tubuhnya di kursi. Tetapi, tidak denganku. Setumpuk file yang ada di laptop memaksaku untuk menggerakkan jemariku agar memencet keybord. Ketika aku sedang sibuk dengan file-fileku dan Bu Atin yang tentunya sedang beristirahat, ada suara yang memanggil Bu Atin. Setelah mendekati suara itu dan kuperhatikan dari kejauhan rupanya simbah petugas perpustakaan meminta bantuan kepada Bu Atin. Aku pun melanjutkan kesibukanku.
Setelah cukup lama, Bu Atin mendekat sambil membawa berhelai-helai kertas yang bertuliskan daftar nama siswa dan banyak angka yang menyertai tulisan itu. Akhirnya Bu Atin menjelaskan dengan seterang-terangnya perintah dari simbah kepadaku. Dan aku pun hanya bisa duduk diam terpaku sambil membayangkan betapa melelahkannya mengerjakan tugas itu. Tidak lama kemudian, simah datang mendekati kami dan membagi tugas itu kepadaku dan Bu Atin. Hal itu dilakukannya tidak lain untuk mempercepat tugas itu untuk diselesaikan. Ketika itu simbah menjelaskan ulang apa yang harus kami lakukan dan akhirnya kami paham. Dengan perasaan yang tidak bisa tergambarkan, kami pun dengan segera membenahi kertas-kertas itu. Dan kami pun membuat kesepakatan supaya tugas dari simbah dapat diselesaikan dalam satu malam.
Ketika kami sedang sibuk membenahi berkas-berkas yang akan kami kerjakan dalam waktu semalam, bel pulang sekolah berbunyi. Kami pun pulang dengan membawa berlembar-lembar kertas yang penuh dengan daftar nama siswa kelas X berserta angka-angka yang tersebar memenuhi kertas yang tidak lagi putih itu. Hari yang dibuka dengan keceriaan akhirnya ditutup dengan secarik catatan dari simbah. Ialah perintah untuk membuat daftar nomor buku dari sejumlah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari sepuluh kelas. Terdapat tiga buku yang harus kami kerjakan, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Sejarah. Pekerjaan yang cukup melelahkan dan penuh kenangan. Dan satu hal yang lebih penting dari kedua hal tersebut, yaitu pengalaman yang mungkin tidak bisa didapat di lain waktu dan kesempatan saat itu.Hanya itu yang aku lakukan di hari selasa yang luar biasa. Semoga selalu ada pengalaman yang mengesankan di setiap waktu dan kesempatan.
Sekian dan terima kasih. Sampai jumpa di catatan selanjutnya...

Jemari, Puisi, dan Catatanku



Oleh: Ais Rahmatika

Teruntuk kawan-kawan PPL KKN Terpadu SMA N 1 Purwokerto. Tetap semangat dan pancarkan aura positifmu dengan senyuman.

Kali ini, jadwal piket menuntunku ke base camp. Ada beberapa dari kami yang bertugas untuk piket di base camp yang sebenarnya bukanlah base camp, namun lebih tepatnya adalah perpustakaan. Berhubung ruangan yang biasa dijadikan base campsedang digunakan, maka kami berpindah sejenak ke perpustakaan. Ketika kaki ini melangkah memasuki pintu masuk perpustakaan, sepasang mataku mengintai dua buah benda. Dua benda ini dapat dikatakan seperti sepasang burung merpati.
Mereka tidak akan pernah terpisahkan, kecuali ada beberapa hal yang mampu memisahkan keduanya. Benda ini juga menjadi incaran utama bagi kami yang akan memainkan jemarinya untuk menyelesaikan sesuatu. Apa pun itu.
Dengan sigap tanganku meraih salah satu dari kedua benda itu. Tanpa menunggu lama, aku tarik benda itu dan kududuki. Setelah itu, tentunya tanganku tak diam mencari pasangan dari benda ini. Dan kedua benda itu lengkap sudah kudapatkan. Meja dan kursi. Karena kami sedang singgah sejenak di perpustakaan, di mana tempat ini sedang dalam penataan ulang, maka sudah dapat dipastikan banyak sisi atau pun sudut yang tidak layak untuk dijadikan objek pandang. Kurang rapi. Namun demikian, semangat kami menyegarkan udara yang ada di ruangan itu. Tawa yang renyah dari teman-teman senantiasa membangkitkan semangatku untuk beraktivitas. Suasana yang hangat.
Selasa ini tidak banyak hal yang kulakukan. Karena hari itu posisiku mematung duduk di depan sebuah layar monitor. Selama hampir setengah hari jari-jariku sibuk menekan keyboard laptop. Mataku, jemariku, imajinasiku, bibirku, dan perasaanku asyik bermain-bermain dengan puisi. Karena hari itu aku mengedit kumpulan puisi hasil karya siswa-siswi SMA N 1 Purwokerto. Menyenangkan. Ada beberapa kata baru yang kudapatkan. Sesekali senyumku mengembang, karena beberapa diksi yang terpajang memamerkan pesonanya. Dan aku pun kagum dengan hasil karya mereka.
Berhubung puisi yang ditulis bertemakan kepahlawanan, maka tidak sedikit diksi yang tersusun indah dalam puisi membuatku mengangkat kedua pundak. Meringis ketakutan. Karena diksi yang digunakan diadopsi dari ranah tragedi peperangan di saat kemerdekaan Indonesia, maka imajinasiku seperti berlumuran darah. Mayat-mayat tergeletak di mana-mana, suara bising dari senjata yang bersahut-sahutan, teriakkan rakyat yang tak berdosa, dan masih banyak lagi yang lain. Selain pahlawan negara, ada beberapa puisi yang memaknai pahlawan adalah kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu.
Meskipun tubuhku mematung, namun imajinasi dan perasaanku berpetualang dan menjelajah ke beberapa ranah. Dimulai dari ranah tragedi atau peristiwa sejarah, suasana gentingnya kemerdekaan Indonesia, sampai kepada ranah melankolis sebuah kasih sayang seorang anak terhadap ayah dan ibu begitu pun sebaliknya. Memang kedua bola mataku sangat perih, namun membaca hasil karya mereka sungguh menarik. Sesekali mata ini aku ajak memandangi sesuatu yang berada di luar ruangan supaya tidak terlalu capek dan lelah. Terdengar bel pulang sekolah berbunyi, imajinasiku terhenti dan layar monitor dihadapanku pun seperti merajuk meminta untuk diistirahatkan. Akhirnya kuputuskan memilih start menu. Seketika itu layar monitor dihadapankupadam. Shut down.
Hanya itu aktivitasku di hari selasa. Bermain-main dengan puisi. Berkenalan dengan kata baru. Memahami diksi yang sebelumnya kurang begitu aku kenal. Meski kedua mata ini lelah, namun imajinasiku cukup puas berpetualang ke segala ranah. Semoga semangat ini tidak akan pernah padam, seperti semangat para pahlawan yang patut ditiru. Ibu, ayah, dan pahlawan negara. Merekalah pahlawan sesungguhnya. Dengan demikian, tentunya banyak pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa masa lampau. Seperti itu apa yang dapat aku tuliskan di sebuah benda yang berwarna putih bersih tanpa motif ini.
Sekian dan terima kasih. Sampai jumpa di catatan selanjutnya...



Jumat, 06 September 2013

Coretanku di Minggu kelima



dariku Ma’rufah Mu’asyaroh
Rabu minggu ini menjadi begitu spesial, bagiku, bagimu, dan bagi kalian semua. Hari ini, Rabu 4 September 2013 Masehi VAMPIRE SMANSA Purwokerto mengadakan agenda rutin BAKTI LUDIRA. Banyak hal-hal menarik selama kegiatan berlangsung. Kegiatan ini memang menjadi salah satu kegiatan wajib para VAMPIRE setiap tiga bulan sekali. Mereka bekerjasama dengan PMI Purwokerto mengumpulkan setetes darah yang disumbangkan secara sukarela dari para generasi penerus bangsa yang berada di sini SMANSA Purwokerto.


Beberapa kejadian menarik tersaji dalam kegiatan ini, mulai dari ekspresi takut si pemberani dari XI IS 2 yang baru pertama kali donor sampai sikap acuh tak acuh dari salah seorang dedengkot SMANSA, untuknya tak ku sebutkan merk. Kejadian menarik ini tak bisa ku sebutkan satu persatu, karena akan memakan waktu yang cukup lama dan dibutuhkan keadaan perut yang nyaman saat mendengarkannya, karena beberapa kejadian dapat menggoncangkan seisi perut anda. :D
Begitulah, hari Rabu ini menyapaku. Masih banyak hari rabu lain yang menunggu, oleh karenanya kan ku sambut rabu-rabu mendatang dengan semangat yang tak kalah dari rabu ini, dan rabu minggu-minggu sebelumnya...

Jumat, 30 Agustus 2013

Peri Cahaya Dari Selembar Catatan Kelam



Oleh: Ais Rahmatika

Teruntuk kawan-kawan PPL KKN Terpadu SMA N 1 Purwokerto. Tetap semangat dan pancarkan aura positifmu dengan senyuman.

Seperti selasa pagi sebelumnya, salam, sapa, dan senyum kami tidak henti-hentinya meramaikan suasana pagi hari yang cerah dan indah. Merekah, seperti bunga mawar yang siap melenggak-lenggokkan sayap-sayap kelopaknya nan cantik. Ketika tangan kami menyambut siswa-siswi SMA N 1 Purwokerto, seperti ada angin yang berdesir memasuki aliran darah kami. Angin pagi yang membisikkan asa dan cita-cita mereka. Ia adalah sebuah laskar pencetak prestasi, peraih mimipi, dan penggapai cita-cita.

Setelah selesai bersalaman menyambut kedatangan siswa-siswi, kami pun kembali ke base camp. Di sana kami melakukan ritual wajib di pagi hari, yaitu berkumpul dan berdoa bersama untuk mengawali aktivitas hari itu. Agenda pada hari selasa pagi adalah koordinasi dengan Bu Dhani selaku Waka Kurikulum untuk membicarakan kegiatan PPL KKN Terpadu yang sudah terlaksanakan sampai detik itu. Selanjutnya salah dua dari kami menghubungi Bu Dhani ke ruang kurikulum untuk bertemu beliau mengenai koordinasi tersebut. Dan sesampainya di sana, Bu Dhani sudah bersiap melangkahkan kakinya menuju base campkami.
            Petualangan pun dimulai. Kami semua duduk melingkar dan bersiap untuk mendengarkan apa saja yang tertutur dari bibir Bu Dhani. Seperti tersapu ombak di lautan lepas. Selembar catatan kelam menyabet kami. Tidak sakit dan tidak mengapa, namun ini merupakan sebuah pelita bagi kami untuk melanjutkan perjalanan panjang yang masih ada di depan mata. Perjalanan yang dirasa gelap dan sangat memerlukan seberkas cahaya sebagai penuntun jalan yang kami lewati. Enam belas pasang bola mata menatap ke satu arah, tidak ada satu pun yang mengelakkan pandangannya terhadap Bu Dhani. Hanya desiran angin yang tertangkap oleh telinga kami, selain suara yang mengalun pasti dari beliau. Tubuh kami duduk kaku. Terpaku. Mulut kami pun mengatup. Senyap.

            Peri Cahaya akhirnya datang. Ia membaca selembar catatan kelam untuk kami. Ia sampaikan dengan sungguh-sungguh catatan itu kepada kami satu per satu. Perlahan kami menyadari, mengerti, dan meresapi apa yang tertulis pada selembar catatan kelam yang dibawanya. Senyum kami pun sedikit mulai membuka. Kami serempak mengangguk berulang-ulang setiap apa saja yang perlu dipahami dan dibenahi. Seperti menyalakan sebuah lentera di dalam gua. Cahaya redupnya mampu menerangi apa yang mengelilinginya. Meskipun seberkas cahaya itu masih belum mampu menerangi dengan terang, namun setidaknya jalan yang akan kami lalui sudah mulai terlihat. Dan kami berharap tidak ada yang membawakan selembar catatan kelam lagi.
            Selembar catatan yang bermanfaat bagi kami. Peri Cahaya membawakan penerangan kepada kami dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah tersusun dalam agenda PPL KKN Terpadu. Semangat kami yang sempat meredup, kini menyala kembali dengan terang. Seperti cahaya yang selalu memancar dari kedua sayapnya. Ia adalah cahaya yang dibawakan oleh peri untuk perjalanan panjang kami ke depan. Selama beberapa bulan kami akan selalu berpetualang, berharap hanya ada satu lembar catatan kelam yang menghampiri. Peri Cahaya pun kembali ke peraduannya. Sebelum cahayanya meninggalkan base camp, mulut kami saling berlomba untuk mengucap terima kasih kepadanya. Bu Dhani.
            Selesai sudah koordinasi mengenai evaluasi dan koreksi kegiatan PPL KKN Terpadu di SMA N 1 Purwokerto. Koordinasi yang sekaligus pencerahan bagi kami dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya. Banyak pelajaran yang harus dipetik dan disimpan dalam sebuah kotak kehidupan kami. Pelajaran yang akan membawa kami kepada sebuah kehidupan yang tertata apik. Tidak ada satu pun pelajaran yang sia-sia, begitu pun dengan semua yang dilakukan untuk hidup ini. Hari selasa yang luar biasa. Tetap tersenyum, salam dan sapa tetap mengiringi hari-hari beikutnya.
Sekian dan terima kasih. Sampai jumpa di catatan selanjutnya...