Tampilkan postingan dengan label Beranda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Beranda. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 September 2015

KPR? GA AH...... Ini Solusinya

Artikel berikut saya ambil dari grup "Belajar Tawadhu

PROPERTY HARAM
oleh: Muhammad Rosyidi Aziz
Anda kagum pada orang yang punya rumah mewah..?
Anda takjub pada orang yang punya kantor megah..?
Jangan buru-buru kagum, terkesima, kesengsem atau takjub. Kenapa..?
Pesan Rasulullah :
"Janganlah kalian takjub kepada seseorang yang memperoleh harta dari cara yang haram.." (HR Thabrani)
Mari kita hitung..!
Jika rumah yang dianggap mewah itu seharga Rp. 1 Milyar (padahal saat ini rumah 1 milyar sudah bukan kategori mewah lagi, apalagi ruko)
Maka, berikut adalah itung-itungannya jika seseorang memperolehnya via KPR perbankan ribawi.
Jumlah utang pokok = Rp. 1.000.000.000
Tingkat suku bunga = 13%
Lama pinjaman = 15 tahun
Maka,
Angsuran per bulan (pakai rumus) = Rp. 12.652.422,-
Total selama 180 bulan atau 15 tahun = Rp. 2.277.435.000,-
Artinya total bunga ribanya saja sebesar Rp 1.277.435.000,-
Mari kita hitung besar dosanya..!
Rasulullah bersabda,
"Satu dirham harta riba lebih besar dosanya daripada berzina 36x dengan pelacur.."
Jika 1 dirham hari ini adalah Rp. 70.000, maka :
Rp. 1.277.435.000 : Rp. 70.000
= 18.249 dirham
Jika 1 dirham riba = 36x zina, maka :
18.249 dirham x 36 zina = 656.966 zina.
Jika 15 tahun itu ada 5.475 hari, maka :
656.966 zina : 5475 hari = 119 zina per hari.
"Berapa..?"
"119x berzina setiap hari..!"
"Apa..?"
"119x berzina setiap hari..!"
"Dengan siapa..?"
"Dengan pelacur..!"
"Ngapain..?"
"Berzina..!"
"Enak..?"
"Enak gundulmu..!"
JANGAN BANGGA BIKIN DOSA..!

Senin, 21 September 2015

Mengenai Kami

Bismillah,
Kami menyediakan berbagai macam bahan bangunan untuk area banyumas, cilacap, purwokerto khususnya daerah sampang dan sekitarnya.
Siap melayani proyek besar ==> Keramik, besi (berbagai ukuran baik polos maupun ulir), semen, Insya Allah SIAPPP!!! :)
Harga Insya Allah bisa bersaing.
Free Ongkir..!! 

TB. Gunung Sari Putra
Jl. Tugu Utara, Sampang
RT 1 RW 3
Kab. Cilacap
no. 0822 2525 3151
pin bb 5511C31E

Kami memiliki program unggulan dimana sangat jarang sekali, atau bahkan tidak dapat anda jumpai di tempat lain. apakah itu?
Program tersebut kami beri nama Win Win Investment. Silahkan Klik DISINI untuk mengetahui lebih lanjut apa WIN WIN INVESTMENT itu.

Kamis, 27 Agustus 2015

WIN - WIN INVESTMENT

TB Gunung Sari Putra menawarkan WIN WIN INVESTMENT untuk anda semuanya, apakah WIN WI INVESTMENT itu? silahkan simak penjelasannya berikut ini.

Insya Allah Berkah.

Dikelola oleh Putranya, Toko Bangunan Gunung Sari Putra (TB. GSP) adalah cabang Toko Bangunan Gunung Sari yang sudah sangat berpengalaman dalam menyediakan bahan-bahan bangunan selama lebih dari 10 tahun. Tidak hanya bahan bangunan saja, kedua Toko Bangunan ini juga menyediakan alat kelistrikan dan juga alat-alat teknis pertukangan.

Toko Bangunan Gunung Sari Putra terletak di Jalan Tugu Utara Sampang, berseberangan dengan  Masjid Baituzzuhdi. Anda dapat menghubungi TB GSP melalui nomor 0822 2525 3151 atau BBM di 5511C31E. Selain itu, untuk kawula muda, bermacam informasi dapat diakses melalui fanspage di facebook "TB. Gunung Sari Putra".

Dalam dunia usaha bahan bangunan, sudah menjadi hal yang umum jika ada customer yang menitipkan sejumlah uang guna pembelian bahan bangunan yang akan diambil di kemudian hari. Dalam hal ini, tak perlu ragu untuk mempercayakan investasi anda karena TB GSP memiliki tawaran yang sangat jarang atau bahkan langka anda temukan di tempat lain. Program ini TB GSP namakan "Win-Win Investement". Berikut penjelasannya.
Misalkan Anda menitipkan sejumlah uang kepada TB GSP untuk diambil dikemudian hari dengan perhitungan sbb;  anda bermaksud untuk membeli semen sejumlah 200 sak dengan harga satuan sebesar 60.000 sehingga total uang sebanyak 12.000.000 dan akan diambil beberapa bulan kedepan. Jika pada bulan jatuh tempo tersebut ternyata harga semen lebih rendah dari 60.000, maka TB GSP akan mengembalikan sejumlah uang yang telah dititipkan sesuai perhitungan. Misal harga 1 sak semen menjadi 58.000, maka TB GSP akan mengembalikan uang sebanyak 200 x (60.000-58.000) = 400.000. Begitupun juga jika ternyata harga semen lebih tinggi dari 60.000, maka anda tidak perlu menambah sejumlah uang. Anda akan tetap mendapatkan 200 sak semen sesuai pesanan. Betapa menguntungkannya berinvestasi di TB GSP!

Tertarik WIN WIN INVESTMENT? Mengapa tidak datang dan berkonsultasi terlebih dahulu? Kami tunggu kehadiran dan diskusinya.

INSYA ALLAH BERKAH.

Minggu, 15 September 2013

Jemari, Puisi, dan Catatanku



Oleh: Ais Rahmatika

Teruntuk kawan-kawan PPL KKN Terpadu SMA N 1 Purwokerto. Tetap semangat dan pancarkan aura positifmu dengan senyuman.

Kali ini, jadwal piket menuntunku ke base camp. Ada beberapa dari kami yang bertugas untuk piket di base camp yang sebenarnya bukanlah base camp, namun lebih tepatnya adalah perpustakaan. Berhubung ruangan yang biasa dijadikan base campsedang digunakan, maka kami berpindah sejenak ke perpustakaan. Ketika kaki ini melangkah memasuki pintu masuk perpustakaan, sepasang mataku mengintai dua buah benda. Dua benda ini dapat dikatakan seperti sepasang burung merpati.
Mereka tidak akan pernah terpisahkan, kecuali ada beberapa hal yang mampu memisahkan keduanya. Benda ini juga menjadi incaran utama bagi kami yang akan memainkan jemarinya untuk menyelesaikan sesuatu. Apa pun itu.
Dengan sigap tanganku meraih salah satu dari kedua benda itu. Tanpa menunggu lama, aku tarik benda itu dan kududuki. Setelah itu, tentunya tanganku tak diam mencari pasangan dari benda ini. Dan kedua benda itu lengkap sudah kudapatkan. Meja dan kursi. Karena kami sedang singgah sejenak di perpustakaan, di mana tempat ini sedang dalam penataan ulang, maka sudah dapat dipastikan banyak sisi atau pun sudut yang tidak layak untuk dijadikan objek pandang. Kurang rapi. Namun demikian, semangat kami menyegarkan udara yang ada di ruangan itu. Tawa yang renyah dari teman-teman senantiasa membangkitkan semangatku untuk beraktivitas. Suasana yang hangat.
Selasa ini tidak banyak hal yang kulakukan. Karena hari itu posisiku mematung duduk di depan sebuah layar monitor. Selama hampir setengah hari jari-jariku sibuk menekan keyboard laptop. Mataku, jemariku, imajinasiku, bibirku, dan perasaanku asyik bermain-bermain dengan puisi. Karena hari itu aku mengedit kumpulan puisi hasil karya siswa-siswi SMA N 1 Purwokerto. Menyenangkan. Ada beberapa kata baru yang kudapatkan. Sesekali senyumku mengembang, karena beberapa diksi yang terpajang memamerkan pesonanya. Dan aku pun kagum dengan hasil karya mereka.
Berhubung puisi yang ditulis bertemakan kepahlawanan, maka tidak sedikit diksi yang tersusun indah dalam puisi membuatku mengangkat kedua pundak. Meringis ketakutan. Karena diksi yang digunakan diadopsi dari ranah tragedi peperangan di saat kemerdekaan Indonesia, maka imajinasiku seperti berlumuran darah. Mayat-mayat tergeletak di mana-mana, suara bising dari senjata yang bersahut-sahutan, teriakkan rakyat yang tak berdosa, dan masih banyak lagi yang lain. Selain pahlawan negara, ada beberapa puisi yang memaknai pahlawan adalah kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu.
Meskipun tubuhku mematung, namun imajinasi dan perasaanku berpetualang dan menjelajah ke beberapa ranah. Dimulai dari ranah tragedi atau peristiwa sejarah, suasana gentingnya kemerdekaan Indonesia, sampai kepada ranah melankolis sebuah kasih sayang seorang anak terhadap ayah dan ibu begitu pun sebaliknya. Memang kedua bola mataku sangat perih, namun membaca hasil karya mereka sungguh menarik. Sesekali mata ini aku ajak memandangi sesuatu yang berada di luar ruangan supaya tidak terlalu capek dan lelah. Terdengar bel pulang sekolah berbunyi, imajinasiku terhenti dan layar monitor dihadapanku pun seperti merajuk meminta untuk diistirahatkan. Akhirnya kuputuskan memilih start menu. Seketika itu layar monitor dihadapankupadam. Shut down.
Hanya itu aktivitasku di hari selasa. Bermain-main dengan puisi. Berkenalan dengan kata baru. Memahami diksi yang sebelumnya kurang begitu aku kenal. Meski kedua mata ini lelah, namun imajinasiku cukup puas berpetualang ke segala ranah. Semoga semangat ini tidak akan pernah padam, seperti semangat para pahlawan yang patut ditiru. Ibu, ayah, dan pahlawan negara. Merekalah pahlawan sesungguhnya. Dengan demikian, tentunya banyak pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa masa lampau. Seperti itu apa yang dapat aku tuliskan di sebuah benda yang berwarna putih bersih tanpa motif ini.
Sekian dan terima kasih. Sampai jumpa di catatan selanjutnya...



Kamis, 22 Agustus 2013

BEDAH BUKU "ATLANTIS"


ANNOUNCEMENT

Lovely X GRADE STUDENTS of SMA N 1 Purwokerto, PPL UMP TERPADU will hold an agenda namely “BEDAH BUKU” with its great theme “Atlantis : The Lost Continent Finally Found” which is taken from a book written by Prof. Arysio Santos. This agenda will be held on Saturday, August 24, 2013 in Auditorium SMA N 1 Purwokerto, started from 09.00 A.M until 11.15 A.M. The spellbinder will be the Executive Director of Nusantara Centre, M. Yudhie Haryono, P.Hd. There is obligatory attendance foreighfor all of you (without any exception) since this agenda is really supported by our beloved school based on the coordination with the Vice Head Master for Curriculum affair. Touch us in our basecamp or call Arif Setiawan (085740071011) for further information. Thanks a million.

Best regards,
Committee

Rabu, 21 Agustus 2013

SENJA KEMUNING TEK DUNG (Adaptasi naskah “HM1L” Karya Puthut Buchori)


BAGIAN 1
SEORANG GADIS BELIA SEDANG DIMARAHI OLEH IBUNYA YANG MENJADI ORANG TUA TUNGGAL. DIA TELAH MELAKUKAN KESALAHAN YANG TIDAK TERMAAFKAN OLEH KEDUA ORANG TUANYA.
SISI : Ibu, Sisi mau bicara sama ibu.
IBU : Iya nak, bicara saja. Sepertinya kamu sedang punya masalah. Tapi Sisi jangan sampai mengecewakan Ibu ya, Sisi tahu sendiri, Ibu sudah susah payah menyekolahkan Sisi seorang diri, ayah sudah lama meninggalkan kita.
SISI MENANGIS
IBU : Sisi kenapa menangis? Ayo bicara sama Ibu.
SISI : Bu…Maafkan Sisi. Sisi sudah nengecewakan Ibu.
IBU : Bicaralah nak, ada apa?

SISI : (semakin menangis) Sisi...Sisi hamil bu..
IBU : Sisi…(sambil berteriak histeris dan menangis)
SISI : Tolong Bu maafkan Sisi, Sisi bisa menjelaskan semuanya.
IBU : Kamu ini sudah ibu rawat sendiri, ibu besarkan, ibu sekolahkan, tetapi ini balasanmu. Ibu sangat kecewa!
SISI : Ibu…Sisi..
IBU : Selama ini ibu sudah bersusah payah membesarkanmu sendiri, tapi kamu balas air susu dengan air tuba! Daripada ibu punya anak sepertimu mending ibu tidak punya anak! Lebih baik ibu hidup sendiri! Tidak sudi ibu.. pergi kamu, pergi !!
SISI : Ibu…Ibu mengusir Sisi? Sisi anak ibu, maafkan Sisi, Sisi bisa menjelaskan semuanya.
IBU : Ibu tidak butuh penjelasanmu lagi! Yang jelas kelakuanmu sudah sangat mengecewakan Ibu! Tinggalkan Ibu sendiri!!!
BAGIAN 2
SISI SENDIRI, MELAMUN, MENERAWANG JAUH KOSONG.
SYAIR
ELIGI SISI
Langkahku memang salah, Hatiku tak terarah
Karna tergoda dosa aku dicampakan
Terusir dari dunia yang kucinta
Tersisih dari orang tercinta
Tak tahu harus kemana menapak
Agar tetap diterima dan dicinta
Aku butuh arah, tanpa dihantui aib, dosa dan sesal
Ini bukan salahku semata
Ini salah keadaan, ini salah suasana
Ini salah jaman yang menuntutku berbuat
Mengajariku untuk ringan melakukan

ANAK-ANAK BERGAYA PUNK BERTERIAK TANPA ATURAN, MENDEKATI SISI YANG MASIH SENDIRI.
SISI : Kalian ini siapa? Kok berdandan aneh?
PM : Atas nama pimpinan kaum punk, perkenalkan aku Punk Melankolis akan menjadi malaikatmu.
SISI : Apa, malaikat?
PM : Ya, malaikat yang dalam bahasa inggrisnya, sebentar…?
(membuka kamus) nah ini…angel (tetap dibaca angel)
SEMUA : hu,,,,enjel..!
PM : Ya, ucapanya seperti yang teman-temanku katakan tadi, maklum masih amatir..hehe
SISI : Kok malaikat?
PM : Ya jelas malaikat, karena kami akan menolongmu, (kepada kelompok punk) betul?
SEMUA : Tul !
PM : Karena kami tahu, kamu sedang kesusahan, (kepada kelompok punk) betul?
SEMUA : Tul !
PM : Karena kami tahu, kamu sedang kesepian, (kepada kelompok punk) betul?
SEMUA : Tul !
PM : Karena kami tahu, kamu sedang sendiri, (kepada kelompok punk) betul?
SEMUA : Tul !
PM : Karena kami tahu, kamu sedang butuh teman, (kepada kelompok punk) betul?
SEMUA : Tul !
PM : Good..good..good..begitulah kami, kompak.
JI-PUNK : Sudahlah friend, jangan ragukan solidaritas pertemanan kami, jangan remehkan kualitas perkawanan kami.
SISI : Ini siapa lagi?
PM : Oh, ini Ji-Punk, beliau ini adalah sekertaris kaum Punk.
SISI : Oh..ada sekertarisnya juga?
JI-PUNK : Meskipun kami ini kelompok inkonstitusional-marjinal, tetapi kami sangat aktual dan prinsipal…
SISI : Oh…
JI-PUNK : Oh ya friend, tadi ada instruksi dari kepala suku kami “ Bos Punk”. Beliau ingin menemui friend langsung.
SISI : Yang mana sih pimpinan kalian? Aku jadi penasaran.

KEMUDIAN SISI BERTEMU DENGAN BOS PUNK YAN TERNYATA DI LUAR DUGAAN, BERPOSTUR TUBUH KECIL DAN BISU.
SISI : (Tertawa geli)
Jadi ini bos kalian? Hallo bos..
BOS : naklanekrep ayas sob Knup
SISI : (Semakin geli)
Bos kalian???
BOS : ayi, ayas sob Knup, anapek !!
SISI : Yang bener?
BOS : (semakin marah)
Inareb amas ayas? Tail itnan apa ngay idajret!!!
JI-PUNK : Eh jangan main-main dengan bos, kalau marahnya memuncak ati-ati lho?

SISI MASIH TERTAWA, BOS PUNK SEMAKIN MARAH DAN KEMUDIAN DENGAN GUNA-GUNA MENYIHIR SISI HINGGA SISI JUGA IKUT BISU.
BOS : (Bahasa tidak jelas)
Uka rihis uak! 3X
SISI : (bahasa tidak jelas)
Apanek..apaek ayas? Araus ayas apanek?
SEMUA : Nah..bener kan?
SISI : (Protes)
Apanek rihinyem ayas idajnem itrepes ini?
BOS : (menjawab dengan santai)
Anarek idat umak ukejengem, ay utihal aynasalab.
SISI : (mencoba berpendapat)
Ipat uka idat aynah awatret, anerak sob hena.
BOS : (masih dengan santai)
Ay utilah kutneb umnakeje, amirt halajas.
SISI : (minta maaf)
Ayas atnim faam sob, ayas kadit naka itrepes uti igal. Ngolot sob, nakilabmek igal araus ayas sob?
BOS : (dengan penuh kebanggaan dan kemenangan, mengabulkan permintaan Sisi)
Supah rihis 3X
SISI : (bicara normal)
Ah…akhirnya aku bisa bicara lagi, terimakasih ya bos.

DARI KEJAUHAN TERDENGAR SUARA MUSIK DISCO DAN SUARA ORANG-ORANG TERTAWA PENUH KEGIRANGAN.
PKBN : Eh rombongan modis datang.
SEMUA MELIHAT BOS, LALU BOS BERBISIK KEPADA JI-PUNK.
PKBN : Kata Bos, kita harus sembunyi !

SEMUA ANAK PUNK BESEMBUNYI. ROMBONGAN MODIS DATANG MENDEKATI SISI.
MODELIA : Helo…what happen?
MODELINI : Are you cry, sweet heart?
MODMOD : Iya, kok sedih? Lagi galau yah?
SISI : Kalian ini siapa?
MODELIA : Kami ini penolongmu.
SISI : Penolong? Kok bisa? Penolong bagaimana?
MODELIA : Ya, penolong yang siap menampung segala curhat-curhatmu, keluh kesahmu, sakit hatimu, sedih sedanmu, dan…
MODENI : Menyulap kesedihan menjadi kebahagiaan. Kesusahan berubah keceriaan, jangan bête lah yaw!
MODELINI : Ya, kami akan membantumu untuk menciptakan kesenangan.
SEMUA : Yuhuu !
MODENI : Bermain ke awan yang penuh warna-warna.
SEMUA : Yuhuu !
MODELINI : Ke atas pelangi yang sudah dapat kami ciptakan sendiri setiap hari.
SEMUA : Yuhuu !
MODENI : Ke negeri para bidadari..
SEMUA : Yuhuhuhuuuu…
SISI : Tetapi biarlah aku pikirkan dulu, saat ini aku belum bisa berfikir jernih.
MODELIA : Itulah untuk menjernihkan pikiranmu, tak perlu pikir panjang..ayo…

TIBA-TIBA ANAK PUNK MUNCUL DIHADAPAN MEREKA
PARA PUNK : Jangan !!
PM : Ya, jangan ganggu teman kami, kami akan mati-matian membelanya.
PKBN : Sekali saja kalian memaksanya, awas!
MODMOD : Nantang ya? Berani ya? Memangnya siapa kamu?
PKBN : Aku Punk Kosong Berbunyi Nyaring.
MODMOD : Baik, aku layani. Modelia, maju! (tokoh Modelia maju)
PKBN : Untuk membela mati-matian, aku tak keberatan. Punk Melankolis, Maju!
PM : Lho kok aku? (setelah berpikir sejenak, akhirnya maju menantang Modelia) baik, oke sajalah…

DENGAN PENUH KEGAGAHAN PUNK MELANKOLIS MENGHADAPI MODELIA, TETAPI BELUM SAMPAI DI DEPAN MODELIA, DIA SUDAH MUNDUR.
PARA PUNK : Kenapa?
PM : Kasihan, gak tega aku…
BOS : (Berbicara tidak jelas)
Oya ujam! Kadit ulrep nahisak, ujam ajas!
PM : baikalah kalo itu kehendak bos, aku akan maju.
DENGAN PENUH KEGAGAHAN KEMBALI KE ARAH MODELIA. TAPI BELUM SAMPAI DI DEPAN MUDIL, PUNK MELANKOLIS MUNDUR LAGI.
PARA PUNK : Kenapa lagi?
PM : Gak tega..sungguh…yang lain sajalah.

TIBA-TIBA SALAH SEORANG DIANTARA MEREKA BERTERIAK “SERANG!!!” DAN TERJADILAH PERKELAHIAN MASSAL. HINGGA AKHIRNYA TERDENGAR SUARA SIRINE MOBIL POLISI, PARA MODIS DAN PUNK MEMBUBARKAN DIRI. SISI KEMBALI SEORANG DIRI.
ELEGI SISI 2
Sendiri lagi, mungkin sudah garis hidupku.. takdirku, tak bersama siapa-siapa..
Mereka meninggalkanku, mencampakan aku, hanya karena aku begini..
Aku memang salah, aku buta, aku tersesat
Karena lupa Gusti Allah, aku hamil di luar nikah.. aku hamil..
Aku menyesal
Harusnya aku tak berbuat seperti itu.
Tapi kini semuanya hancur, semuanya sia-sia..
Tuhan, ampuni aku Tuhan, aku sendiri....
Aku dikeluarkan dari sekolah, tidak diterima di rumah,
Aku lelah
Tuhan, tolong aku Tuhan,
Hanya karena nila setitik, rusak susu sebelanga
Aku lelah, lelah, aku lelah dan  Aku bosaaaaaaaaaaannnnnnnnn............


BAGIAN 3
TIDAK TAHAN DENGAN RASA SAKIT DAN SEDIHNYA, KEMUDIAN SISI PINGSAN. LALU MUNCUL SESEORANG MENOLONG SISI.
PENOLONG 1 : Aduh, siapa gadis cantik ini? Kasihan sekali dia terkapar seorang diri.
Kita harus menolongnya.
PENOLONG 2 : Iya ayo kita tolong dia.
PENOLONG 1 : Sepertinya ada yang tidak wajar dengan gadis ini, seperti ada kekuatan ghaib yang sedang mengganggunya.
PENOLONG 2 : Iya saya juga merasakanya, sebaiknya kita bawa di ke rumah mbah Sumin, sesepuh di desa kita. Mungkin saja dia bisa menyembuhkan sakit gadis ini.
PENOLONG 1 : Iya, ayo kita bawa sekarang…
SISI DIBAWA OLEH KEDUA PENOLONG TADI UNTUK DIRUAT DI RUMAH MBAH SUMIN. DI RUANG RUATBERBAU KEMENYAN YANG SANGAT KENTAL, SISI SUDAH DALAM KEAADAAN SIAP UNTUK DIRUAT. ASISTEN MBAH SAMIN MEMPERSIAPKAN SESAJIDAN UBO RAMPE, MBAH SUMIN MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK MERUAT SISI.
BAGIAN 4
Mbah Sumin : apakah sudah siap sesajinya?
Asisten : iya sudah siap semua Mbah.
Mbah Sumin : Baiklah, saya akan mulai ruwatan ini.
Asisten : Baik Mbah.
MBAH SUMIN MEMULAI DENGAN MEMBACA MANTRA SAMBIL MENGUNYAH DAUN SIRIH (NGINANG), SANG PENGGANGGU SISI MUNCUL UNTUK MENGGAGALKAN MBAH SUMIN DALAM MERUAT. KEMUDIAN TERJADI PERTEMPURAN SENGIT ANTARA SANG PENGGAGU DAN MBAH SUMIN YANG MENGAKIBATKAN RUANG RUAT BERANTAKAN. MBAH SUMIN PINGSAN, SANG PENGGANGGUPUN KALAH. SISI TIDAK SADARKAN DIRI. PEMENTASAN BERAKHIR.
LAMPU BLACK OUT.

Sabtu, 17 Agustus 2013

ANTOLOGI PUISI

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun SMA N 1 Purwokerto dan Hari Ulang Tahun Negara Republik Indonesia ke 68, PPL Terpadu Universitas Muhammadiyah Purwokerto bekerjasama dengan SMA N 1 Purwokerto mengajak SISWA - SISWI seluruhnya untuk menciptakan Puisi yang kemudian nanti akan dikumpulkan menjadi sebuah antologi puisi. Tema puisi-puisi yang dicipta yaitu "PAHLAWAN".

berikut ini adalah format penulisan puisi.

(klik link berikut untuk mendownload format penulisan puisi.docx)

FORMAT PENULISAN PUISI

Minggu, 28 Juli 2013

ini bukan judul



Ya, LYphy, maafkanakudan ayahku.

By : awansenja_  (arif.setiawan727@yahoo.com)& Elpanda (elviandani22@yahoo.com)

Sekolah mulai lengang. Titik-titik hujan mulai terlihat menjuntai di mendung hitam. Mentari seakan benar-benar takluk di peperangan pukul tiga sore ini, menghadapi kilat-kilat yang menyambar-nyambar. Ah, rasakanlah, dingin mulai mengalir di lekuk punggung membasahi sendi-sendi di sekujuran tubuh. Gadis mungil itu masih di kelas. Entah kenapa, ia belum juga bergelayutan di serambi depan kelas atau di halte depan sekolah-meski sudah tak seorang pun disana. Lengang. Atau hanya rasaku saja. Ia masih tetap tenang menggoreskan penanya di secarik kertas itu. Lihatlah... benar-benar nyenyak ia dalam meditasinya. Mungkin kata-kata ini belum cukup benar melukis apa yang kulihat, tapi  seperti itulah.

Lalu bagaimana bisa aku tahu ini? Jika kuceritakan, maka panjanglah juga lama rasanya. Tidak seperti bahasa TERE LIYE yang selalu menyebut waktu atau jarak dengan sepelemparan batu. Atau mendeskripsikan situasi seperti halnya gang-gang kecil di pinggiran sungai yang seringkali lengang itu. Atau adjektiva-adjektivanya yang melambai. Bukan, ini bahkan lebih rumit dari sungai itu sendiri, atau adjektiva dan batu apa itulah.. Kisah ini mengisahkan kisah-kisah lain, bila kau ingin tahu saja.
3 bulan yang lalu....
Entah, serba tak tahu aku kali ini.  Kamar tidurku terasa sesak. Pengap tak kukira. Lemari dan dispenser serta tv tak pernah sedikit pun terasa ada sebelumnya, tapi sekarang benar-benar mereka mengisi penuh kamarku. Mengisi lubang hidungku, menutup erat-erat pelupuk mata. Ah runyam sekali, buta dan kalut. Aku mungkin saja mabuk, atau-ah entahlah.  Yang kutenggak di Elphodibar hanya separuh gelas saja.
Atau hanya pikiranku saja yang mabuk, bukan perasaanku.
Atau perasaan dan pikiranku? Ah, sial! Entahlah, aku benar-benar tak berlangkah di rumah ku ini saat-saat ini.
Lumut hijau dipojok kamarku itu tak pernah kulihat sedikitpun di rumahku yang kemarin sore masih kutinggali. Huh! Sukses benar ayah mempermainkan kami. Entah kabur kemana ia akhir-akhir ini. Kerja tak karuan. Pergi pagi benar dan pulang benar-benar di pagi lagi. Sayang, bukan ia bekerja lembur atau apalah. Kata “kerja” hanyalah sepeluncuran liur yang mengalir dari mulutnya yang getir. Ia pergi mencari kesenangan saja beberapa bulan terakhir ini. Setelah ia dipecat karena-yangkudengar-pengerucutan pekerja dikantornya, ia frustasi. Dan sayang, paragraf ini akan benar-benar penuh sayang. Ya, ia mencari rasa baru dan rasa baru untuk mengobati lukanya. Dengan luka-luka baru. Ah, betapa parahnya ayahku.  Bukan, bukan ayahku lagi. Sayangnya.
.................................
“pak,...”, sapaku kepada lelaki separuh baya itu.
Ia menjawab panggilanku dengan segala kewibawaannya, semilir angin sore di taman menggerak-gerakan setelan kasualnya juga segelintir rambut di kepalanya. Ah, betapa beruntung aku bertemu bekas direktur ayahku. Ya, seperti yang kudengar, bekas.
Obrolan kaku. Tetapi sepercik demi sepercik kata kucoba gelontorkan demi membuka mengapalah ayahku benar-benar tak lagi seperti ayahku.
Sang mantan direktur ayahku hanya menghembus nafas berat. Entah apa yang harus dijawab atas luapan rasa penasaranku padanya. Aku tak peduli. Aku hanya ingin menyeruakkan segala sesuatu tentang ayah yang menghantuiku akhir-akhir ini.
Direktur itu mengungkapkannya. Ia mengungkapkan bahwa ayahku dipecat karena telah mencuri berkas-berkas penting dikantor tersebut. Bahkan ayahku juga dituduh melakukan tindakan korupsi.
Aku menahan nafas mendengar rentetan penjelasan dari sang direktur. Seburuk inikah perangai ayahku di mata mereka? Lalu, mengapa ayah bahkan nyaris tidak peduli dengan permasalahannya?
Aku merasa ada hal ganjil yang terus menggantung di pikiranku, tentang ayahku. Ayah yang tak pantas menjadi seorang ayah.

~

Hujan masih betah mengguyur bumi pertiwi sejak tiga jam yang lalu. Aku masih berdiam diri di serambi kantor ayah untuk menunggu hujan reda. Namun harapanku harus musnah karena rintik-rintik air yang berbondong-bondong terjatuh tak kunjung berhenti.
Mau tidak mau aku mulai menerobos hujan dan menerjang percikan air yang menggenang di jalanan beraspal. Baju resmi yang sengaja kupakai pun basah kuyup. Untung saja aku membawa jaket tebal. Setidaknya ia bisa melindungiku dari kuman-kuman yang berkembangbiak saat hujan.
Aku melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kiriku tergesa. Senja sudah mulai berakhir, dan itu berarti aku harus cepat pulang. Sial! Jalan menuju rumah baruku masih terbilang jauh, dan kini lelah mulai mengancam tubuhku.
Akhirnya kupilih beristirahat disebuah gubuk kecil yang kurasa sudah tidak dipakai lagi untuk melemaskan otot dan sendi yang kian menegang. Sudut mataku juga terus beredar luas kepenjuru gubuk kecil ini.
Tiba-tiba pupil mataku melihat sesosok gadis terduduk disudut ruangan seraya meringkuk dengan pandangan kosong. Rambutnya yang menjuntai panjang, pakaiannya yang basah kuyup, dan juga wajahnya yang pucat pasi itu membuatku tak dapat mengalihkan pandanganku sedikitpun.
Gadis itu menyadari atas tatapanku barusan. Sejenak kami hanya bertatapan, hampa dan tanpa arti. Akhirnya kupilih untuk mendekatinya, hanya untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja.
Air muka gadis itu berubah ketika aku mulai mendekatinya perlahan. Kedua tangannya bergetar hebat, dan ia menundukkan kepalanya, takut. Takut seolah-olah ia sedang melihat hantu.
“Kau tak apa?” Tanyaku dengan suara yang telah kubuat merdu. Kini aku telah berada dihadapan gadis itu, berjongkok didepannya.
Gadis itu perlahan mendongak. Betapa terkejutnya ia melihatku telah berjongkok dihadapannya. Gadis itu berteriak kalut, kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi telinganya.
“Jangan, jangan mendekat! Jangan bunuh aku!”
Gejolak rasa ketakutan muncul saat gadis itu menatapku. Aku bingung. Awan senja sudah berakhir beberapa menit yang lalu, tapi mengapa gadis itu hanya berdiam diri disini? Dan, mengapa gadis itu bisa berpikiran negative kepadaku bahwa aku akan membunuhnya?
Aku mengulurkan tangan, hendak menyentuh dahinya. Tetapi gadis itu menepis tanganku dengan kasar, tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Namun ia membalas perlakuanku dengan tatapannya. Sorot matanya menunjukkan bahwa ia sedang ketakutan. Aku menghela napas, akhirnya jalan yang kupilih untuk menenangkannya hanyalah menyerahkan jaket tebalku dan kupakaikan kepadanya. Beruntung, ia tak menolaknya.
Aku beranjak menjauh darinya. Hujan sudah reda tanpa kusadari. Aku pun segera melangkahkan kaki pergi dari gubuk kecil itu. Namun sebelumnya, aku menatap gadis itu lagi dari kejauhan.
“Aku pergi dulu..”
Gadis itu mengangguk samar. Aku tersenyum simpul, lalu kini aku benar-benar beranjak dari gubuk kecil itu. Meskipun sebenarnya sangatlah buruk meninggalkan seorang gadis sendirian malam-malam, tetapi hanya itu cara yang bisa kupilih.
Yah, setidaknya aku berpikir bahwa aku masih bisa bertemu dengan gadis itu. Meskipun aku tak tahu kapan waktunya.

~

Sebuah bangunan tua yang masih berdiri kokoh dihadapanku dengan total 3 hektar luasnya yang terkenal dengan sebutan Aswlource High school. Engganlah kedua kakiku untuk bergerak mendekati bangunan tua tersebut, terpaksanya mencari kelas dan segera terduduk manis disana, tanpa ada rasa sedikitpun keingin tahuan tentang sudut-sudut sekolah yang baru kuinjakkan untuk yang pertama kalinya.
Aku bosan. Bosan karena selama ini sekolahku tidak tetap. Selalu saja berpindah-pindah sesuai kemauan ayah. Kali ini juga akibat ulah ayah, aku bisa terdampar dan harus memulainya dari awal lagi untuk melanjutkan proses penerimaan ilmu yang sering terputus, juga interaksiku dengan teman-teman lamaku.
            Aku bukanlah orang yang pandai bergaul. Butuh proses dan cara yang memakan waktu lama agar aku bisa benar-benar mengerti akan proses sosialisasi. Dan kali ini, aku ingin duduk sendiri, menyendiri dan menyelesaikan masalah-demi masalah dengan mandiri. Aku tak butuh bantuan orang lain, setidaknya itulah apa kata hatiku.
Tiba-tiba, terngiang di benakku tentang kejadian kurang dari dua puluh empat jam yang sukses membuat rasa penasaranku melonjak-lonjak. Hujan deras saat detik-detik senja berakhir… Gubuk kecil ditepi taman bermain anak-anak… Dan, tentu saja, gadis pucat itu. Gadis berambut panjang dengan mata sayu yang memancarkan ketakutan mendalam saat melihatku. Gadis berkulit putih pucat yang berteriak dengan lantang ketika aku mencoba menyentuh dahinya. Serta gadis bergaun lusuh yang meringkuk disudut ruangan ketika rintik hujan sedang gencar-gencarnya membasahi tanah ini.
Kuhembuskan nafas dengan beratnya. Bukan hanya hal itu saja yang memenuhi pikiranku saat ini. Ada hal lain yang lebih menyakitkan untuk ku ketahui kebenarannya.
Dialah ayahku. Ayah kandungku yang tidak persis seperti ayah jika dilihat dari sikapnya kepada anak dan istrinya. Ayah yang bahkan tidak peduli dengan nasibku dan ibuku. Bahkan aku tak tahu apa pekerjaannya. Ia bekerja dari subuh hingga subuh berikutnya tanpa menghasilkan keringat jerih payah tanda ia bekerja. Tidak pernah terpikir olehnya untuk membiayai segala keperluanku dan ibuku.
Ibu pun sama saja. Ia nyaris tak pernah pulang. Sekali-sekali ia pulang hanya untuk memberiku uang saku, dan untuk mencukupi segala keperluanku. Aku tak tahu apa yang ibu lakukan diluar sana. Yang jelas, ibuku amatlah muak dengan perlakuan ayah yang jauh dari kasih sayang itu. Sebabnyalah, ia lebih memilih untuk menyibukkan diri, melakukan segala sesuatu agar ia terhindar dari masalah demi masalah yang terbuat dari ayah.
“Kau.. siswa baru?”
Sebuah suara dari samping mejaku sukses membuatku terlonjak, hingga segala yang ada dipikiranku tadi buyar hanya dengan satu kalimat yang diucapkannya. Aku mendongak, memandang wajah yang memanggilku dengan seenaknya sendiri.
Seorang gadis dengan berpenampilan sederhana tengah menyunggingkan senyum terbaiknya kearahku, lalu dengan sigap ia menjulurkan tangan mungilnya dihadapanku.
“Salam kenal, aku Laura Cassandra.”
Aku masih belum bisa mencerna perkataan gadis itu dengan sempurna, karena otak dengan hatiku butuh sinkronisasi yang besar untuk mempercepat laju syaraf motorik dan sensorik dalam sumsum tulang belakangku, akibat terlalu banyak hal-hal yang menjadi beban hidupku.
Kepalaku pening seketika. Namun beruntung, aku masih bisa tersenyum dan membalas uluran tangan gadis itu.
“Alex Harrison,” Jawabku sekenanya, lalu dengan cepat kulepaskan genggaman tangan dengan gadis itu, bermaksud untuk mengabaikannya agar gadis itu pergi dari hadapanku. Aku sedang ingin menyendiri.
Namun hipotesaku hancur seketika bawasanya gadis itu malah duduk disampingku seraya bernyanyi-nyanyi riang. Sontak kutolehkan kepalaku dan kutatapnya dengan pancaran kilatan-kilatan tajam yang tersirat di kedua mataku. Gadis itu hanya nyengir tanpa dosa, menampilkan deretan gigi tetapnya yang tersusun rapi.
“Tempat dudukku memang disini, dan aku duduk sendiri karena jumlah siswa disini ganjil. Itu sebanya akulah teman sebangkumu,” Ujar gadis itu dengan polosnya. Aku menggerutu dalam diam. Rencanaku untuk menyendiri gagal total.
Sepertinya aku tak akan nyaman sebangku bersamanya.

insya Allah bersambung....